Webinar " Mengenal Lebih Dekat Dengan Nyamuk Ber-Wolbachia"

Webinar kali ini membahas mengenai tehknologi nyamuk ber-Wolbachia

Webinar " Mengenal Lebih Dekat Dengan Nyamuk Ber-Wolbachia"
Webinar " Mengenal Lebih Dekat Dengan Nyamuk Ber-Wolbachia"
Webinar " Mengenal Lebih Dekat Dengan Nyamuk Ber-Wolbachia"
Webinar " Mengenal Lebih Dekat Dengan Nyamuk Ber-Wolbachia"
Webinar " Mengenal Lebih Dekat Dengan Nyamuk Ber-Wolbachia"
Webinar " Mengenal Lebih Dekat Dengan Nyamuk Ber-Wolbachia"

Jakarta, 26 September 2024

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, Agus Handito hadir sebagai narasumber di webinar kesehatan Nyamuk ber-Wolbachia. Dalam kegiatan webinar tersebut ada tiga topik yang yang dibahas diantaranya situasi dengue di Indonesia, Kebijakan penanggulangan dengue, dan implementasi wolbachia. Menurut pemaparan beliau,  Kasus dengue di Indonesia tahun 1968 hingga 2024 Insidence rate (peningkatan kasus) dan case fatality rate (angka kematian) mengalami penurunan. Dari data yang disampaikan, kasus dengue di Indonesia terjadi pemendekan siklus tahunan dari 10 tahun menjadi 3 tahun. Kasus dengue mengalami peningkatan seiring dengan fenomena el nino.

Kementerian Kesehatan menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Selain di Indonesia, Pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilaksanakan di sembilan negara lain dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan Dengue. Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka. Wolbachia merupakan bakteri yang secara alami ada di dalam tubuh beberapa serangga, seperti lalat, kupu-kupu, ngengat dll. Wolbachia sendiri tidak dapat bertahan hidup diluar sel serangga, karena tidak memiliki mekanisme yang diperlukan untuk mereplikasi tanpa bantuan serangga inangnya. Wolbachia juga termasuk serangga yang belum pernah direkayasa genetic oleh para ilmuan.

WHO selaku selaku Vector Control Advisory Group (VCAG) pada 2023 telah merekomendasikan penggunaan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia. VCAG merupakan badan yang bertugas memberikan nasihat dan panduan terkait pengendalian vektor atau penyebaran penyakit oleh vektor tertentu seperti nyamuk. Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok. Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.

Efektifitas wolbachia sendiri telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian teknologi wolbachia dilakukan di Yogyakarta hingga saat ini masih berjalan. Penelitian ini melewati 4 tahapan penelitian, mulai dari fase keamanan dan kelayakan (2011-2012), fase pelepasan skala kecil (2013-2015), fase pelepasan skala besar/uji klinis  (2016-2020), dan fase implementasi (2021-2022).Teknologi Wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional). Sebagai pilot project di Indonesia, dilaksanakan di lima kota yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

Sebelumnya Uji coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan pertama kali di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022 dengan Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED). Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86%. Dengan kondisi populasi berjumlah kurang lebih 370.000 per 26 km². Sementara untuk 4 Kota yang dijadikan sampel sudah mulai launching pelepasan telur nyamuk ber-wolbachia. Semarang pada 30 mei 2023, Kota Bontang, 5 September 2023, dan Kupang, 24 Oktober 2023. Dan di awal 2024 sudah dilakukan rapat koordinasi untuk pelepasan juga di Jakarta dan Bandung.

Kemenkes sudah memiliki beberapa laboratorium produksi nyamuk ber-wolbachia diantaranya BBKL Salatiga (MoH), Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dan Universitas Udayana. Disamping itu, kemenkes juga melakukan berbagai kegiatan yang mendukung program ini dengan melakukan pelatihan coordinator lapangan dan kader, memilih tempat penitipan ember wolbachia ke orang tua asuh (OTA) dan memberikan dukungan laboratorium untuk terus mengembangkan inovasi wolbachia. Kami dari Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) khususnya PD DKI Jakarta dan Tenaga Vokasi Farmasi yang merupakan bagian dari Kemenkes sangat mendukung program produksi nyamuk ber-wolbachia dalam upaya menanggulangi kasus DBD di Indonesia.

Sebagai tenaga kesehatan marilah kita terus bersosialisasi kepada masyarakat tentang metode wolbachia dan penerapannya. Khususnya di Jakarta barat yang akan mulai pelepasan telur akhir tahun 2024.Semoga program kemenkes di 2025 populasi nyamuk ber-wolbachia mencapai 60% yang tersebar. Kendati demikian, keberadaan inovasi teknologi Wolbachia tidak serta merta menghilangkan metode pencegahan dan pengendalian dengue yang telah ada di Indonesia. Masyarakat tetap diminta untuk melakukan gerakan 3M Plus seperti Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow